Pemasangan Instalasi FM200?

User Rating: 3 / 5
Untuk mengendalikan resiko bahaya terjadinya kebakaran, salah satunya adalah dengan meminimalisir atau menghilangkan salah satu dari ketiga unsur ini. Oleh karena itu, mengambil tindakan yang tepat untuk menghindari ketiganya bersatu, diharapkan bisa mengurangi kemungkinan resiko terjadinya kebakaran.
Apa itu api? Dilansir dari Wikipedia, api adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses pembakaran kimiawi, yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai hasil reaksi kimia lainnya. Proses oksidasi yang lebih lambat seperti pengkaratan atau pencernaan tidak termasuk dalam definisi tersebut.
Api berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya [dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh mata manusia] dan panas yang juga dapat menimbulkan asap.
Sederhananya, api adalah pelepasan energi dari proses pembakaran kimiawi yang menghasilkan panas dan cahaya.
Definisi pembakaran atau kebakaran lainnya adalah proses yang melibatkan oksidasi secara cepat pada suhu yang tinggi disertai dengan evolusi materi gas yang dipanaskan dari pembakaran, melalui emisi radiasi yang terlihat dan tidak terlihat.
Proses pembakaran biasanya dikaitkan dengan oksidasi bahan bakar dengan adanya oksigen dengan emisi panas dan cahaya. Oksidasi, dalam pengertian kimiawi yang ketat, berarti hilangnya elektron.
Agar reaksi oksidasi terjadi, bahan pereduksi bahan bakar, dan zat pengoksidasi, biasanya oksigen harus ada. Saat panas ditambahkan, sumber penyalaan, molekul bahan bakar, dan molekul oksigen mendapatkan energi dan menjadi aktif.
Energi molekul ini ditransfer ke molekul bahan bakar dan oksigen lain yang menciptakan reaksi berantai. Reaksi terjadi ketika bahan bakar kehilangan elektron dan oksigen memperoleh elektron. Transfer elektron eksotermik ini memancarkan panas dan/atau cahaya.
Jika api yang berada di tungku perapian atau api pada api unggun, proses ini biasa disebut dengan api yang terkontrol. Namun jika api pada bangunan yang terbakar, proses ini disebut sebagai api yang tidak terkendali.
Api dihasilkan oleh karena adanya titik tertentu dalam proses reaksi pembakaran, yang disebut dengan titik penyalaan [ignition]. Api sendiri terbentuk ketika udara terutama oksigen mengalami penggabungan dengan benda yang mudah terbakar [flammable substances] atau bahan bakar [fuel], yang kemudian mendapat energi panas untuk kemudian memicu reaksi kimia antara oksigen [O2], bahan bakar [fuel], dan energi panas [thermal energy].
Api dapat tercipta jika terjadi suatu proses rantai reaksi kimia yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya jika melibatkan ketiga unsur tersebut. Ketiga unsur tersebut dikenal dengan nama Segitiga Api [Triangle Fire]. Kemudian jika ketiganya sudah saling berkaitan dan saling melengkapi, maka terciptanya proses rantai reaksi kimia tersebut dikenal dengan istilah Fire Tetrahedron.
Api yang dihasilkan juga mengikuti reaksi kimia antara oksigen dan gas lain. Selanjutnya api terus dipertahankan dan terus berkembang [intensified] dengan meningkatkan laju pembakaran bahan bakar [fuel].
Sehingga dengan menghilangkan salah satu dari ketiga unsur tersebut atau memutuskan reaksi rantai kimia segitiga api, merupakan langkah dan tindakan yang tepat untuk memadamkan api/kebakaran. Memahami unsur-unsur terciptanya api merupakan pengetahuan yang paling mendasar dalam upaya untuk memadamkan kebakaran.
Sebentar, sebenarnya pertanyaan tersebut memang terkesan agak sedikit konyol. Karena, dimana pun juga, dan dalam kondisi apapun, yang namanya api pasti panas. Namun seperti apa penjelasan secara sains atau ilmiahnya? Simak selengkapnya.
Memulai proses rangkaian reaksi kimia terciptanya api, membutuhkan energi untuk memutus ikatan dalam bahan bakar dan antar atom oksigen, tetapi energi yang dilepaskan lebih banyak ketika atom terikat menjadi karbon dioksida dan air. Sehingga pembakaran mengubah bahan bakar dan oksigen menjadi karbon dioksida dan air. Oleh karena itu, api menjadi panas dikarenakan oleh thermal energy yang dilepaskan ketika ikatan kimia terputus dan terbentuk selama reaksi pembakaran terjadi.
Bahan Bakar + Oksigen + Energi → Karbon Dioksida + Air + Lebih Banyak Energi
Dalam proses pembakaran kimia terciptanya api, energi yang dilepaskan berupa cahaya dan panas. Dan terbentuknya api merupakan bukti nyata dari energi tersebut. Nyala api sebagian besar terdiri dari gas panas.
Bara api bersinar/menyala karena materi tersebut cukup panas untuk memancarkan cahaya pijar [contohnya pembakaran pada kompor], sedangkan nyala api yang memancarkan cahaya dari gas yang terionisasi [contohnya bola lampu neon]. Cahaya api adalah indikasi yang terlihat dari reaksi pembakaran, tetapi thermal energy [panas] bisa jadi tidak terlihat [contohnya api yang dihasilkan oleh bahan bakar spirtus].
Api memancarkan panas dan cahaya karena reaksi kimia yang menghasilkan api bersifat eksotermik. Dengan kata lain, pembakaran melepaskan lebih banyak energi daripada yang dibutuhkan untuk menyalakan atau mempertahankannya.
Sederhananya, api menjadi panas karena energi yang dibutuhkan untuk memulai dan mempertahankan reaksi pembakaran [ignition], jauh lebih sedikit daripada energi yang dilepaskan oleh reaksi pembakaran [ignition].
Kesimpulan mengapa api itu panas:
Tidak ada satuan pasti ukuran temperatur untuk api, karena besarnya energi panas yang dilepaskan bergantung pada beberapa faktor, termasuk komposisi kimiawi bahan bakar, ketersediaan oksigen, dan porsi nyala api yang diukur. Kebakaran kayu bisa saja lebih dari 1.100° Celsius, akan tetapi jenis kayu yang berbeda akan terbakar pada temperatur yang berbeda pula.
Misalnya, kayu pohon pinus akan menghasilkan panas dua kali lipat lebih panas dari kayu pohon cemara, dan kayu kering yang terbakar lebih panas daripada kayu hijau yang terbakar. Propane di udara terbakar pada suhu yang sebanding [1.980° Celsius], namun thermal oksigennya jauh lebih panas [2.820° Celsius]. Bahan bakar lain seperti asetilen dalam oksigen [3.100° Celsius] lebih panas dari kayu jenis apapun.
Warna api adalah ukuran kasar seberapa panas itu api. Api warna merah tua panasnya sekitar 600-800° Celsius, api warna oranye-kuning panasnya sekitar 1.100° Celsius dan api putih masih lebih panas, berkisar antara 1.300-1.500° Celsius. Api warna biru adalah api yang terpanas, suhunya berkisar antara 1.400-1.650° Celsius. Api gas biru dari pembakar bunsen, jauh lebih panas daripada nyala api warna kuning dari lilin.
Bagian terpanas dari nyala api adalah titik pembakaran maksimum, yang merupakan bagian biru dari nyala api, jika nyala api yang membakar sepanas itu. Dalam melakukan eksperimen sains, biasanya selalu menggunakan bagian pada atas api.
Mengapa demikian? Karena pada saat suhu panas naik, maka bagian atas pada kerucut api tersebut merupakan titik pengumpulan energi yang paling baik. Selain itu, kerucut nyala api juga memiliki suhu yang cukup konsisten. Cara lain untuk mengukur wilayah yang paling panas adalah dengan mencari bagian nyala api yang paling terang.
Api terpanas yang pernah dihasilkan tercatat pada suhu 4.990° Celsius. Api ini terbentuk dengan bahan bakar dicyanoacetylene dan ozone sebagai oxidizer. Warna api dipengaruhi oleh intensitas cahayanya, yang biasanya digunakan untuk menentukan apakah suatu bahan bakar termasuk dalam tingkatan kombusi sehingga dapat digunakan untuk keperluan manusia.
Misalnya digunakan sebagai bahan bakar api unggun, perapian atau kompor gas atau tingkat pembakar yang keras bersifat sangat merugikan, membakar dengan tak terkendali sehingga merugikan manusia, seperti terjadinya kebakaran pada gedung, hutan, dsb.
Ada empat tahapan perkembangnya api, diantaranya:
Api dapat tercipta karena terjadinya suatu proses rangkaian rantai reaksi kimia yang saling berkaitan antara beberapa unsur yang kemudian menciptakan suatu energi. Bila api yang terpicu sangat terbatas, maka gejala tersebut belum dinyatakan sebagai kebakaran. Tetapi, bila api mulai memungkinkan terjadinya penjalaran, maka reaksi tersebut baru dapat dikatakan sebagai kebakaran.
Sehingga, dengan memahami unsur-unsur proses terjadinya rantai kimia terbentuknya api/kebakaran, diharapkan mampu memberikan pengetahuan dalam upaya untuk memadamkan api. Serta mampu untuk menentukan langkah-langkah tindakan dan pengendalian jika terjadi kebakaran.
Segitiga api adalah tiga unsur dasar yang menjadi penyebab terciptanya api. Ketiga unsur tersebut yakni:
Sedangkan Fire Tetrahedron adalah suatu rangkaian proses reaksi kimia yang tercipta ketika ketiga unsur yang terkandung di dalam segitiga api tersebut saling berkaitan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya.
Api/kebakaran dapat terjadi apabila diakibatkan oleh ketiga unsur tersebut saling berkaitan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya sehingga menciptakan suatu rangkaian proses reaksi rantai kimia.
Intinya, untuk menciptakan api harus ada keempat unsur tersebut yang saling melengkapi. Secara teori, cara yang paling mudah untuk memadamkan api adalah dengan cara menyingkirkan ataupun menghilangkan salah satu dari keempat unsur tersebut.
Keempat unsur tersebut adalah oksigen yang berperan untuk mempertahankan pembakaran, panas yang cukup intens untuk menaikkan bahan ke suhu penyalaannya, bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar dan selanjutnya merupakan reaksi berantai kimia eksotermik dalam bahan bakar tersebut.
Material atau benda apa pun yang dapat terbakar, merupakan bahan baku atau bahan bakar untuk mendukung proses terciptanya api. Sehingga dalam upaya untuk mengidentifikasi resiko terjadinya kebakaran, diperlukan upaya untuk mendata benda-benda disekitar yang sekiranya mudah untuk terbakar.
Serta menganalisa apakah ukuran/jumlah benda-benda tersebut cukup untuk mendukung terjadinya proses kebakaran atau berkemungkinan menjadi penyebab penyebaran ke sumber bahan bakar lain.
Berikut beberapa contoh bahan bakar atau material yang paling umum ditemukan di pabrik ataupun di gudang, diantaranya adalah:
Panas merupakan unsur yang sangat sensitif untuk mendukung terciptanya api [fire ignition]. Maka dari itu, api membutuhkan panas yang intens untuk bisa tetap menyala.
Namun api tidak akan menyala apabila tidak terdapat material/bahan bakar untuk mendukung proses pembakarannya.
Untuk itu, dalam langkah untuk meminimalisir resiko terjadinya kebakaran, diperlukan upaya untuk mengidentifikasi sumber penyalaan api [ignition] yang sangat berpotensi untuk menciptakan api. Dan sumber-sumber lainnya yang cukup panas untuk bisa menyalakan material/bahan bakar di sekitarnya.
Apa saja sumber-sumber panas/penyalaan [ignition] yang dimaksud, berikut diantaranya:
Sumber utama pemasok oksigen untuk menciptakan api, terdapat pada udara di sekitar kita, termasuk oksigen yang kita hirup. Pada bangunan yang tertutup, oksigen disalurkan melalui sistem sirkulasi udara. Ventilasi pada bangunan atau gedung, pada umumnya dibagi menjadi dua kategori: Pertama, aliran udara alami melalui pintu, jendela dan bukaan lainnya; Kedua, sistem sirkulasi udara mekanis dan sistem pengendalian udara.
Namun pada kebanyakan gedung, biasanya menggunakan kombinasi keduanya, sebagai untuk mensirkulasikan udara dari dan ke dalam bangunan/gedung. Sumber oksigen lainnya, juga dapat ditemukan pada oksigen tambahan yang digunakan atau disimpan di tempat-tempat seperti:
Setiap postingan konten pada blog FM200.id, hanya bertujuan untuk memberikan informasi secara umum. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan keakuratan informasi pada saat mempublikasikan suatu konten artikel, dalam keadaan seperti apa pun informasi yang kami sajikan tidak boleh dianggap sebagai saran/nasihat profesional. Jika menanggap informasi umum yang kami publikasikan untuk dijadikan pedoman, merupakan risiko yang harus ditanggung sendiri. Karena masing-masing sektor bisnis dan industri memiliki kondisi resiko dan bahaya kebakaran yang berbeda-beda. Selalu konsultasikan kepada tim ahli dan spesialis engineer kami, untuk mendapat saran/nasihat yang sepesifik sesuai dengan resiko dan bahaya kebakaran di tempatmu.
Artikel ini pertama kali diterbitkan pada 15 Februari 2021 dan diperbarui sesuai perkembangan informasi terkini.
Sumber referensi: